PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN ANAK USIA DINI

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN ANAK USIA DINI
Perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat kualitatif,baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mentalnya yang ada kaitannya anak dengan lingkungan sekitarnya. Hasil dari perkembangan ini seperti proses anak ketika berlatih belajar berjalan ataupun menulis dan saat untuk memahami bentuk huruf yang telah diajarkan.melalui belajar anak akan berkembang dan dapat mempelajari hal-hal baru. Perkembangan dapat dicapai karena adanya proses belajar sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilakunya yang baru.
Pertumbuhan dapat diartikan perubahan yang bersifat kuantitatif. Perubahan mengandung arti adanya perubahan ukuran dan struktur tubuh,sehingga lebih menyangkut perubahan fisik. Hasil dari pertumbuhan ini seperti bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai,bertambahnya toinggi dan berat badannya serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan sarafnya.

PERKEMBANGAN KOGNITIF
Istilah kognitif berasal dari kata cognition atau knowing yang berarti konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam pemerolehan,organisasi atau penataan,dan penggunaan pengetahuan. Dalam arti yang luas,kognitif merupakan ranah kejiwaan yang berpusat di otak dan berhubungan dengan konasi(kehendak) dan afeksi(perasaan).
Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan anak usia dini yang berkaitan dengan proses pengasuhan dan pendidikan serta sangat menentukan keberhasilan orang tua dan guru PAUD dalam mengasuh dan mendidik anak usia dini. Orang tua dan guru PAUD perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak usia dini. Dengan bekal pemahaman tersebut,orang tua dan guru dapat membentuk karakter mandiri dan disiplin pada anak usia dini secara optimal.
Sama halnya dengan sejumlah aspek perkembangan lainnya,kemampuan kognitif anak usia dini juga mengalami perkembangan tahap demi tahap menuju kesempurnaannya. Secara sederhana,kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini,anak dapat dengan mudah menguasai pengetahuan yang luas sehingga anak mampu menjalankan fungsinya secara wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari. Jadi,dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan anak usia dini yang berkaitan dengan pengetahuan,yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Ada empat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget,yaitu sensor motorik,praope rasional,operasional kongkrit,dan operasional formal.
Tahap sensor motorik usia (0-2 tahun)
Pada tahap ini anak belajar untuk mengetahui lingkungannya hanya dengan mengandalkan alat inderanya,yaitu melalui meraba,membau,melihat,mendengar dan merasakan. Subtahap perkembangan sensor motorik sebagai berikut.
  1. Reflex sederhana(lahir sampai satu bulan)
Pada tahap ini anak usia dini memiliki kemampuan berfikir yang sangat sederhana,sekedar gerakan-gerakan reflex saja. Anak usia dini dalam tahap ini dapat langsung menghisap bila botol atau putting didekatkan.
  1. Kebiasaan-kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer(1-4 bulan)
Pada usia ini,anak usia dini mulai belajar menggunakan anggota tubuhnya sendiri contohnya seorang bayi akan menghisap bila secara oral atau fisual diperlihatkan botol.
  1. Reaksi sirkuler sekunder (4-8 bulan)
Pada tahap ini bayi mulai menirukan gerakan atau tindakan sederhana,seperti berbicara atau menarik orang dewasa,dan beberapa gerakan fisik lainnya.
  1. Koordinasi reaksi sirkuler sekunder (8-12 bulan)
Pada tahap ini terjadi perubahan yang siknifikan dibandingkan dengan usia sebelumnya. Bayi dapat melihat suatu benda dan menggemgamnya secara serentak atau secara fisual memeriksa mainan.
  1. Reaksi sirkuler tersier,pencarian,dan keingintahuan(12-18 bulan)
Pada tahap ini bayi semakin tergugah minatnya oleh berbagai hal yang ada pada benda-benda dan oleh banyak hal yang dapat mereka lakukan pada benda-benda tersebut. Menurut Peaget,subtanda ini menandai titik awal perkembangan,keingintahuan dan minat manusia pada sesuatu yang baru.
  1. Internalisasi skema(18-24 bulan)
Pada tahap ini fungsi mental bayi berubah dari suatu taraf sensor motorik murni menjadi suatu taraf simbolis dan bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk menggunakan symbol-simbol primitive. Contohnya,ibu berpura-pura tidur,anak memperhatikan,lalu suatu saat anak akan berpura-pura tidur.

PERKEMBANGAN BAHASA
Sesuai dengan fungsinya,bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau berhubungan dengan orang lain. Bahasa sebgai alat pergaulan penggunaannya menjadi efektif sejak seorang indifidu berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa yang dimiliki dan dikuasai anak adalah bahasa yang berkembang didalam keluarga,yang sering kita sebut dengan istilah bahasa ibu. Bahasa pada anak usia dini dapat berkembang dengan cepat jika anak memiliki kemampuan dan didukung oleh lingkungan yang baik.
Kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik,psikologis,emosional dan sosial. Berikut tahapan-tahapan perkembangan bahasa pada anak usia dini:
  1. Pada usia 0-2 bulan,bayi sudah memiliki kemampuan menggunakan bahasa tbuhnya untuk mengungkapkan atau menerima hubungan dengan orang lain. Sentuhan lembut penuh kasih saying dari ibu akan dirasakan nyaman oleh bayi.
  2. Pada usia 3 bulan,bayi sudah menunjukkan kemampuan vokalnya. Bayi mulai tersenyum dan mengeluarkan suara. Pada usia ini, biasanya yang keluar dari bayi adalah “eeeeee”.
  3. Pada usia 4 bulan,bayi dapat berbicara menggunakan suara tenggorokan dengan bunyi “rrrrr”
  4. Pada usia 5 bulan,bayi sudah bisa tertawa dan bergumam “wwww”
  5. Pada usia 6 bulan,bayi sudah dapat merangkai kata,berupa suara yang disambung dengan ocehan seperti suara “ge-ge-ge” atau “da-da-da”.
  6. Pada usia 7-8 bulan,bayi dapat mengeluarkan kata-kata sederhana seperti “mama-papa”.
  7. Pada usia 9 bulan,bayi sudah mengenal kata dan pengetahuan bahasa yang mulai beragam,bayi mulai mengerti kata-kata sederhana dan perintah.
  8. Pada usia 10 bulan,bayi dapat menghubungkan kata-kata dengan gerakan dan mampu mengulangi kata-kata atau suara yang sama.
  9. Pada usia 11-12 bulan,ocehan bayi mulai berisi kata-kata yang berarti dan mulai dapat berkomunikasi menggunakan bahasa yang sesungguhnya.
  10. Pada usia 13-24 bulan,anak telah dapat menggunakan berbagai bunyi huruf konsonan pada awal kata,anak jua sudah bisa menyusun dua kata “mau minum” dan lain-lain.
  11. Pada usia 25-36 bulan,anak bisa bertanya dan mengarahkan perhatian orang dewasa dengan mengatakan nama benda yang dimaksud. Anak sudah dapat menghafal kata-kata untuk keseharian dan dapat memahami tata bahasa secara sederhana,misalnya “aku mau naik sepeda”. Oleh karena itu,orang tua tidak boleh salah dalam berbahasa kepada anak,jika kesalahan ini sampai terjadi anakpun akan salah menangkapnya.
  12. Pada usia 4-6 tahun,anak sudah bisa menggunakan kata secara lebih rumit.
Perkembangan bahasa pada anak usia dini berkembang cepat jika anak memiliki kemampuan dan didukung oleh lingkungan yang baik. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak usia dini.
  1. Anak berada didalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan
  2. Menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak.
  3. Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan nonverbal.
  4. Dalam bercakap-cakap dengan anak orang tua dan guru PAUD perlu menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan ucapannya,perlu diikuti gerakan,mimic muka,dan intonasi yang sesuai.
  5. Melibatkan anak dalam berkomunikasi.

PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL
Kajian perkembangan emosi anak usia dini dalam bidang psikologi masi relatif baru. Penelitian empirik dibidang ini baru di lakukan beberapa puluh tahun yang lalu. Peneliti kemudian mencoba melakukan berbagai pendekatan dibidang psikologi dari berbagai perspektif, termasuk konstruksi sosial, teori emosi diferensial, dan teori sosial belajar.
Perilaku kita sehari-hari pada umumnya di warnai oleh perasaan-perasaan tertentu.seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan sedih atau gembira. Perasaan yg selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut sebagai warna afektif. Warna afektif ini kadang” tidak jelas.
Pada saat emosi, sering terjadi perubahan perubahan pada fisik seseorang anata lain :
  1. Reaksi elestis pada kulit meningkat bila terpesona
  2. Peredaran darah bertambah cepat bila marah
  3. Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut
  4. Bernafas panjang kalau kecewa
  5. Pupil mata membesar bila marah
  6. Air liur mengerig bila takut atau tegang
  7. Bulu roma berdiri jika takut
  8. Pencernaan menjadi sakit kalau tegang

Jadi dapat dikatakan emosi adalah warna efektif yang kuat ditandai oleh perubahan perubahan fisik manusia. Kekayaan ekspresi emosi manusia berkembang sesuai dengan tahap usia dan pengalaman seseorang. Bayi yang baru lahir pada umumnya menangis. Dan pada usia 6-10 minggu, senyum sosial muncul diikuti dengan tindakan yang menunjukkan kesenangan lain seperti menggumam dan mengunyah. Bayi mulai dapat tertawa pada usia 3-6 bulan, biasanya pada masa ini bayi tertawa seperti karena cium perutnya, permaian petak umpet, dan lainnya. Tertawa juga meningkatkan perkembangan sosial karena memancing interaksi sosial timbale balik. Saat bayi lebih besar (7-12bulan), mereka mulai mengekspresikan rasa takut, jijik, dan marah karena kematangan kognitif yang dimiliki. Beberapa bayi menunjukkan ekspresi kesedihan pada keadaan yang tidak menyenangkan, tetapi kemarahan lebih sering. Ketakutan juga muncul selama tahap ini jika melihat sesuatu yang tidak mereka ketahui. Wajah takut terhadap orang dewasa asing dapat muncul pada usia 7 bulan. Bayai mulai mengenali emosi orang lain dan menggunakan informasinya untuk bereaksi pada situasi dan orang baru.

Pada usia 1-2 tahun, bayi mulai menunjukkan emosi sekunder seperti mau- malu dan kesombongan. Pada tahap ini bayi mulai belajar bahas yang memungkinkannya lebih memahami alasan suatu emosi serta mengekspresikannya secara verbal. Kemampuan empatik juga muncul pada anak yang berusia 2 tahun. Perkembangan empatik membutuhkan ketrampilan anak untuk membaca isyarat eosional orang lain, memahami bahwa orang lain berbeda dengan dirinya dan mencoba memahami posisi dan perspektif orang lain.

Pada usia 3-6 tahun, kemampuan anak untuk mengatur perilaku emosinya meningkat. Orang tua membantu anak pada usia ini untuk menghadapi emosi negative dengan mengajarkan dan mencontohkan dengan menggunakan penalaran dan penjelasan verbal. Anak pada usia 3 tahun juga belajar bahwa kemarahan dan agresifitas harus dikontrol di depan orang dewasa. Di usia 4 tahun, anak mulai menguasai kemampuan untuk meningkatkan emosinya yang disesuaikan dengan aturan sosial yang ada Mulai 5-6 tahun,anak mulai mengembangkan pengertian yang lebih dalam terhadap emosi orang lain sejalan dengan kemampuan kognitifnya

Ekspresi emosi pada anak mudah anak mudah berubah dengan cepat dari satu bentuk ekspresi ke bentuk ekspresi emosi yang lain. Anak dalam keadaan gembira secara tiba- tiba dapat langsung berubah menjadi marah karena ada sesuatu yang dirasakan tidak menyenangkan. Ekspresi emosi pada anak ini di pengaruhi oleh interaksinya dengan orang lain.
Sejak kecil, anak telah belajar cara berinteraksi sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain. Ada empat factor yang berpengaruh pada kemempuan anak bersosialisasi, sebagai berikut :
  1. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang disekitarnya dari berbagai usia dan latar belakangnya
  2. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul
  3. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi model bagi anak
  4. Adanya kemampuan berkomunikasi dengan baik yang dimiliki oleh anak.



PERKEMBANGAN MORAL
Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konfensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Anak ketika dilahirkan belum memiliki moral. Namun, dalam diri mereka terdapat potensi moral yang siap untuk dikembangkan. Oleh karena itu melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orantua,guru,saudara,teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik , yang boleh dikerjakan,dan tingkah laku mana yang buruk,yang tidak boleh dikerjakan.
Pada umumnya,orangtua mengharapkan anak-anaknya tumbuh menjadi seseorang yang memiliki moralitas yang kuat dalam berhubungan dengan orang lain.moralitas memiliki tiga komponen,yaitu komponen avektif,kognitif,dan perilaku.
Komponen afektif terdiri dari berbagai jenis perasaan.komponen kognitif merupakan pusat, yang mana seseorang melakukan konsep tualisasi benar-salah dan membuat keputusan tentang bagaimana seseorang berperilaku.komponen perilaku merupakan tindakan yang konsisten terhadap tindakan moral seseorang dalam situasi dimana mereka harus melanggarnya.

Komentar