PENILAIAN PEMBELAJARAN TEMATIK

PENILAIAN PEMBELAJARAN TEMATIK

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pembelajaran Terpadu
Yang dibina oleh Ibu Eny

Oleh

Alfiana Fajarwatiningtyas (14015360XXXX)
                      Az-zahra Uswatun Hasanah (14015360XXXX)
                                Laily Rahmawati (14015360XXXX)
Widya Wulantika (14015360XXXX)
Zidna Isnawati Fahima D. (14015360XXX)


Offering : B4



UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KSDP/PG-PAUD
FEBRUARI 2015

 
yang diketahui, dipahami dan tersimpan dalam otak siswa; (b) aspek pemikiran. Aspek pemikiran meliputi kualitas penalaran, kerangka kerja konseptual, penggunaan metode ilmiah, dan pemecahan masalah serta kemampuan menyusun argumentasi; (c) Aspek keterampilan. Aspek keterampilan meliputi keterampilan komunikasi tulis dan lisan, keterampilan meneliti, keterampilan dalam mengorganisasi dan menganalisis informasi, dan keterampilan teknik; (d) aspek sikap. Aspek sikap meliputi sikap suka belajar, komitmen untuk menjadi warga Negara yang baik, kegemaran membaca, kegemaran berpikir ilmiah; (e) aspek kebiasaan kerja. Aspek kebiasaan kerja meliputi menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menggunakan waktu dengan bijaksana, bekerja sebaik mungkin.
Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan demikian penilaian dalam hal ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi sudah terpisah-pisah sesuai dengan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar, dan Indikator mata pelajaran.
Nilai akhir pada laporan (raport) dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran yang terdapat pada kelas satu dan dua sekolah dasar, yaitu: Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan kesehatan.
  1.  Prinsip-prinsip Penilaian
Perubahan perilaku dari hasil proses belajar mengajar adalah sebagai akibat adanya interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya dilakukan secara sengaja. Kesempatan ini sendiri tercermin adanya faktor-faktor berikut ini: (a) kesiapan, yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu; (b) motivasi, yaitu dorongan dari diri sendiri untuk melakukan sesuatu; dan (c) tujuan yang ingin dicapai.
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang memiliki beberapa prinsip. Prinsip-prinsip pada pembelajaran terpadu, yaitu:
  1. The hidden curriculum. Anak tidak hanya terpaku pada pernyataan, atau pokok bahasan tertentu, sangat mungkin pembelajaran yang dikembangkan memuat pesan yang tersembunyi penuh makna bagi anak.
  2. Subject in the curriculum. Perlu dipertimbangkan mana yang perlu didahulukan dalam pemilihan pokok atau topik belajar, waktu belajar, serta penilaian kemajuan.
  3. The learning environment. Lingkungan belajar di kelas memberikan kebebasan bagi anak untuk berfikir dan berkreatifitas.
  4. Views of social world. Masyarakat sekitar membuka dan memberikan wawasan untuk pengembangan pembelajaran di sekolah.
  5. Values and attitude. Anak-anak memperoleh sikap dan norma dari lingkungan masyarakat termasuk rumah, sekolah dan panutannya, baik verbal maupun nonverbal. (Saud, 2006:12)
Menurut Trianto (2007:87) dalam melaksanakan penilaian hendaknya ada beberapa hal hal yang perlu diperhatikan antara lain :
  1. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
  2. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran,dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
  3. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator yang ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
  4. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remidi bagi peserta didik yang pencapaiannya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai kriteria ketuntasan.
  5. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran.

Lebih lanjut dapat dijelaskan prinsip–prinsip penilaian, yang secara keseluruhan harus memperhatikan beberapa hal dalam melaksanakan penilaian antara lain adalah:
  1. Berorientasi pada kompetensi. Penilaian harus mampu menentukan apakah siswa telah mencapai kompetensi yang dimaksudkan dalam kurikulum.
  2. Menyeluruh. Penilaian hendaknya menilai siswa secara menyeluruh, mencakup semua aspek perilaku yakni kognitif, afektif, dan psikomotor.
  3. Valid, penilaian harus dapat memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa.
  4. Adil dan terbuka. Penilaian harus adil terhadap semua siswa dan semua kriteria dan pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak.
  5. Mendidik. Penilaian merupakan penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu bagi siswa yang kurang berhasil.
  6. Menyeluruh. Penilaian dilakukan dengan memanfaatkan berbagai teknik dan prosedur untuk mengumpulkan berbagai bukti hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
  7. Berkesinambungan. Penilaian hendaknya dilakukan secara terencana dan terus-menerus.
  8. Bermakna. Penilaian yang dihasilkan diharapkan benar-benar menggambarkan perilaku yang sesungguhnya dari siswa. Karena tidak ada satu pun bentuk penilaian yang dapat menghadirkan gambaran yang autentik, makan di harapkan guru menggunakan berbagai bentuk penilaian.

Untuk melaksanakan penilaian secara afektif perlu beberapa karakteristik yang melekat dalam suatu penilaian: (a) mudah dilaksanakan; (b) tidak menyita banyak waktu; (c) tidak memerlukan analisis yang rumit; (d) fleksibel dan dapat diterapkan untuk berbagai topik; (e) hasilnya dapat segera dimanfaatkan; (f) mengingatkan pemahaman guru tentang persepsi siswa pada materi pembelajaran; dan (g) dapat mengingatkan pemahaman guru terhadap kebutuhan siswanya.
Menurut Sudjana (2008: 3-4), penilaian berfungsi sebagai: (a) alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran; (b) umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar; dan (c) dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan ini dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai nilai prestasi yang dicapainya. Adapun tujuan dalam penilaian adalah: (a) mendiskripsikan percakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan nya dalam bidang suci atau mata pelajaran yang ditempuhnya; (b) mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran; (c) menentukan tindak lanjut hasil penilaian; dan (d) memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak berkepentingan.
Pada pembelajaran terpadu peran evaluasi tidak berbeda dengan pembelajaran konvensional, oleh karenanya berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi kegiatan pembelajaran baik yang menggunakan pendekatan terpadu maupun konvensional adalah sama. Evaluasi pembelajaran terpadu diarahkan pada evaluasi dampak instruksional (instructional effects) dan dampak pengiring (turant effects), seperti halnya kemampuan bekerjasama, menghargai pendapat orang lain.
Dengan demikian, dari segi penerapan, dapat dilakukan baik pada tahap perencanaan maupun pada tahap pelaksanaan. Adapun dari segi sasaran, evaluasi difokuskan kepada proses maupun produk pembelajaran. Evaluasi proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan evaluasi hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Evaluasi proses menggunakan instrumen nontes, sedangkan evaluasi produk menggunakan instrumen tes. Hasil belajar tersebut hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi ini dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diminati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar.
  1. Prosedur Penilaian
Ada beberapa langkah yang dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan proses penilaian hasil belajar, yaitu:
  1. Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran. Mengingat fungsi penilaian hasil belajar adalah mengukur mencapai tidaknya tujuan pengajaran, maka perlu dilakukan upaya mempertegas tujuan pengajaran sehingga dapat memberikan arah terhadap penyusunan alat-alat penilaian.
  2. Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran. Hal ini penting mengingat isi tes atau pertanyaan penilaian berkenaan dengan bahan pengajaran yang diberikan. Penguasaan materi pengajaran sesuai dengan tujuan pengajaran merupakan isi dan sasaran penilaian hasil belajar.
  3. Menyusun alat-alat penilaian, baik tes maupun nontes, yang cocok digunakan dalam menilai jenis-jenis tingkah laku yang tergambar dalam tujuan pengajaran. Dalam menyusun alat penilaian hendaknya diperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal.
  4. Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut, yakni untuk kepentingan pendeskripsian kemampuan siswa, kepentingan perbaikan pengajaran, kepentingan bimbingan belajar, maupun kepentingan laporan pertanggungjawaban pendidikan. (Sudjana,2008:9)
Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui perencanaan, pengumpulan informasi, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa. Secara teknis, penilaian dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
  1. Melihat kompetensi yang ingin dicapai pada kurikulum.
  2. Memilih alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai.
  3. Mempertimbangkan kondisi anak, manakala penilaian sedang berlangsung.
  4. Penilaian dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar.
  5. Penilaian dapat dilakukan dalam suasana formal ataupun informal.
  6. Memberikan petunjuk secara jelas dalam pelaksanaan penilaian dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
  7. Membuat kriteria penskoran secara jelas sehingga tidak menimbulkan multitafsir.
  8. Menggunakan berbagai bentuk dan alat untuk menilai beragam kompetensi.
  9. Melakukan rangkaian aktivitas penilaian melalui: pemberian tugas, pekerjaan rumah, ulangan, dan pengamatan. (Muslich,2007:80)
Untuk menyusun alat penilaian ( baik tes maupun nontes ) ada beberapa langkah yang harus ditempuh, yakni: (a) pengelolaan kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup pertanyaan, terutama materi pelajaran, baik luasnya maupun kedalamannya; (b) merumuskan tujuan instruksional khusus sehingga jelas betul abilitas tas yang harus dinilai nya; (c) membuat kisi kisi atau blue print alat penilaian; (d) menyusun atau menulis soal-soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat; dan (e) membuat dan menentukan kunci jawaban soal.

B. Jenis Penilaian
Model penilaian yang dikembangkan mencakup prosedur yang digunakan, jenis, dan bentuk penilaian, serta alat evaluasi yang digunakan. Objek dalam penilaian pembelajaran tematik mencakup penilaian terhadap proses dan hasil elajar peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Penilaian proses belajar adalah upaya pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi ini dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar. (Saud, 2006: 58)
Jenis penilaian pembelajaran tematik dilihat dari segi alatnya terdiri atas tes (test) dan bukan tes (nontest). Sistem penilaian dengan menggunakan teknik tes disebut penilaian konvensional. Sistem penilaian tersebut kurang dapat menggambarkan kemajuan ajar peserta didik secara menyeluruh, sebab biasanya hasil belajar peserta didik digambarkan dalam bentuk angka-angka atau huruf-huruf dimana gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu, untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar peserta didik secara menyeluruh, perlu dilengkapi dengan menggunakan teknik penilaian lainnya, yaitu bukan tes disebut penilaian alternatif (alternative assessment).
Penilaian alternatif dipakai sebagai penunjang dalam memberikan gambaran pengalaman dan kemajuan belajar peserta didik secara menyeluruh. Melalui penggunaan penilaian alternatif ini, kemajuan belajar peserta didik dapat diketahui oleh guru dan orang tua, bahkan oleh peserta didik sendiri. Hal ini sesuai dengan tuntutan penilaian berbasis kelas bahwa penilaian dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan dilakukan secara terpadu dengan cara pengumpulan kerja siswa (portfolio), hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper dan pencil test). Hasil penilaian pembelajaran tematik dengan cara ini berguna sebagai umpan balik bagi peserta didik, memantau kemajuan dan diagnosis, masukan bagi perbaikan program pembelajaran, mencapai kompetensi yang diharapkan, dan memberi informasi komunikatif bagi masyarakat.
Beberapa kompetensi dan kemajuan belajar siswa tidak mampu diungkap hanya dengan menggunakan tes. Untuk mendapatkan hasil penilaian yang autentik (sesuai dengan kenyataan yang ada) telah banyak dikembangkan perangkat penilaian nontes. Beberapa perangkat penilaian tes dan nontes yang telah banyak digunakan diantaranya.
Bagian terpenting yang paling mendasar dari penilaian adalah melibatkan pengamatan siswa secara cermat dan sistematis dalam beragam konteks. Hanya dengan pengamatan seperti itulah guru benar-benar menyadari akan perkembangan dan kemajuan siswa melalui tahap-tahap perkembangan literasi. Pengamatan mesti berlangsung dalam situasi alamiah pada lingkungan pembelajaran dan harus melibatkan tindakan mengawasi, menyimak, dan berinteraksi dengan siswa. Guru memerhatikan dan mencatat perilaku yang diperlihatkan siswa dan selanjutnya mempertimbangkan pengamtan mereka. Segala yang dikatan dan dilakukan seorang anak merupakan sumber informasi tentang perkembangan anak itu. (Lipton, 2005: 170).
Salah satu keunggulan dari pengamatan ialah bahwa ini bukanlah penilaian mencolok; ini dilakukan selama berlangsungnya pelajaran membaca dan menulis. Pengamatan dan keterampilan bukanlah satu-satunya hal penting untuk diamati. Dari hasil pengamatan ini akan diperoleh pengamatan tentang kemajuan dan perkembangan anak yang berlangsung secara alami. Karena hal ini dilakukan pada kondisi pembelajaran yang berlangsung secara alami pada peserta didik.
Selanjutnya penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara. Wawanara dapat mengungkapkan pikiran siswa tentang bacaan dan tulisan. Dengan pemeriksaan khusus, seorang guru sering kali dapat mengungkapkan pemahaman atau kesalahpahaman siswa tentang literasi. Bila sebagian siswa tidak sepenuhnya menyadari tentang strategi apa yang mereka gunakan ketika membaca atau menulis, pertanyaan wawancara akan membantu mereka untuk semakin menyadari apa yang mereka pikirkan.
Wawancara dapat dilakukan sebagai kesatuan terpisah atau sebagai bagian alami dari pengajaran. Wawancara secara lisan menghasilkan banyak informasi, karena sebagian siswa sering kali lebih banyak bicara ketimbang menulis dalam menjawab pertanyaan seorang guru. Wawancara dapat mengungkap pandangan siswa tentang diri mereka sebagai pembaca, dan juga persepsi mereka tentang proses membaca, serta menunjukkan implikasi pengajaran.

  1. Instrumen Penilaian Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan bentuk instrumen penilaian yang biasa dilakukan di setiap kegiatan penilaian. Penilaian tes tertulis perlu di pelajari karena masing-masing bentuk penilaian tes tertulis mempunyai bentuk yang berbeda. Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes di mana soal dan jawaban yang diberikan peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain, seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan sebagainya. (Masnur,2007:87)
Tes tertulis ada dua bentuk soal, yaitu: (a) soal dengan pilihan jawaban ( pilihan ganda, dua pilihan/ benar-salah, ya-tidak, menjodohkan) dan (b) soal dengan menyuplai-jawaban (isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, soal uraian).
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya memiliki kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat memaTes tertulis merupakan bentuk instrumen penilaian yang biasa dilakukan setiap kegiatan penilaian. Penilaian tes tertulis perlu dipelajari karena masing-masing bentuk penilaian tes tertulis mempunyai bentuk yang berbeda. Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes di mana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepadahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya, tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar. Dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik tidak akan belajar untuk memahami pelajaran, tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan mengemukakan mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyusun instrumen penilaian perlu dipertimbangkan hal-hal berikut: (a) materi, misalnya kesesuaian soal pada indikator pada kurikulum; (b) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas; dan (c) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang nenimbulkan penafsiran ganda.
Penilaian tes tertulis dalam pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (a) penilaian tes tertulis untuk tiap-tiap mata pelajaran dengan menyebutkan nama mata pelajaran dan (b) penilaian tes tertulis dengan tanpa menyebutkan nama mata pelajaran, tetapi guru mengetahui tujuan yang ingin di capai berdasarkan indikator yang telah ditetapkan untuk masing-masing mata pelajaran.

Contoh instrumen penilaian tertulis:

Tema : Diri Sendiri
Subtema : Tubuhku
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kompetensi Dasar : 1.1 Mengenal teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindra,wujud dan sifat benda, dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis.
2.1 Mengamati dan menirukan teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindra, wujud dan sifat benda, secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis.
Indikator : 1.1.1 Siswa dapat mengenal nama bagian-bagian anggota tubuh serta cara penulisan anggota tubuh tersebut.
2.1.1 Siswa dapat menyebutkan nama anggota dan jumlah anggota tubuh lewat pengamatan terhadap dirinya sendiri dan diri temannya.
Bentuk penilaian : Penilaian Tertulis
Instrumen Penilaian : Menebalkan huruf/isian singkat
Contoh soal
Contoh model instrumen penilaian tes tertulis secara integratif:
  1. Aku memegang pensil dengan …. untuk mengerjakan PR.
  2. Aku punya …. tangan, tiap-tiap tangan ada …. jari.
  3. Aku berjalan ke sekolah menggunakan ….
  4. Aku melihat keindahan pemandangan dengan menggunakan ….

  1. Instrumen Penilaian Nontes
Menurut Trianto (2013: 266), ada beberapa contoh penilaian pembelajaran tematik dalam bentuk tes: (a) penilaian yang terbentuk dalam jaring-jaring tema yang dimasukkan dalam mata pelajaran; (b) penilaian yang terbentuk dalam jaring-jaring tema yang tidak dimunculkan dengan dalam mata pelajaran.
Perlu diperhatikan dalam menentukan suatu penilaian agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk itu diperlukan instrumen penilaian yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran agar perkembangan peserta didik dapat optimal.
Untuk mengetahui suatu perkembangan peserta didik apakah berhasil maupun sebaliknya tidak hanya menggunakan instrument penilaian tes, namus terdapat aspek lain yang tidak bisa dinilai dengan tes, misalnya tentang sikap, kebiasaan bekerja, kejujuran, dan lain-lain. Untuk mengukur aspek tersebut digunakan instrument penilaian nontes, antara lain:
  1. Penilaian Pengamatan
Penilaian pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku peserta didik di dalam kelas ataupun di luar kelas. Sebagai alat evaluasi pengamatan dipakai untuk: (a) minimal minat, sikap, dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri peserta didik dan (b) melihat proses kegiatan pembelajaran baik individu maupun kelompok. Teknik yang digunakan yaitu: daftar cek (check list) dan skala penilaian (assessment scale).
  1. Penilaian Portofolio
  1. Pengertian
Portofolio penilaian (assessment) diartikan sebagai kumpulan fakta/bukti dan dokumen yang berupa tugas-tugas yang terorganisasi secara sistematis dari seseorang secara individual dalam proses pembelajaran. (Fajar, 2005: 90). Portofolio adalah pengumpulan secara sistematis hasil kerja seseorang. Penilaian portofolio merupakan strategi penilaian dengan cara mengumpulkan dan menilai hasil kerja dan tugas siswa secara berekelanjutan sebagai acuan bagi guru untuk melihat apakah telah terjadi kemampuan belajar pada diri siswa.
Karakteristik portofolio sebagai penilaian: (a) merupakan hasil karya siswa yang berisi kemajuan dan penyelesaian tugas-tugas secara terus-menerus dalam usaha pencapaian kompetensi pembelajaran; (b) mengukur setiap prestasi siswa secara individual dan menyadari perbedaan antara siswa; (c) merupakan pendekatan kerja sama; (d) mempunyai tujuan untuk menilai diri sendiri; (e) memperbaiki dan mengupayakan prestasi; dan (f) adanya keterkaitan antara penilaian dan pembelajaran.
Penilaian portofolio bermanfaat bagi siswa, guru ataupun orangtua. Bagi siswa manfaat portofolio diantaranya memberi kesempatan siswa untuk memonitor dan berefleksi terhadap perkembangan belajarnya, memberi kesadaran bahwa perekembangan masing-masing orang berbeda secara individual, dll. Bagi guru portofolio bermanfaat sebagai penentu kemajuan dan pencapaian belajar siswa, dan mengintegrasikan penilaian dan pelaporannya dalam proses pembelajaran, dll. Adapun bagi orangtua portofolio berguna untuk memungkinkannya mengetahui perkembangan dan kemajuan anak, serta agar lebih terlibat dalam proses belajar anak.
  1. Langkah-langkah Penilaian Portofolio
Langkah-langkah yang ditempuh menuruty Trianto (2013:269), antara lain:
  1. Memberi keyakinan kepada siswa bahwa portofolio merupakan milik mereka. Supaya siswa terlibat dalam kerja aktif dan mendorong mereka untuk menilai diri sendiri, harus diyakinkan bahwa portofolio merupakan milik dan upaya mereka bukan sekadar mengumpulkan hasil kerja supaya mendapat nilai yang baik.
  2. Menentukan contoh kerja apa yang akan dikumpulkan. Berbagai contoh kerja dapat dikumpulkan, namun guru dapat memilih contoh kerja yang memudahkan mereka melihat pekembangan atau kemajuan siswa dalam mencapai kompetensi tertentu.
  3. Mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa. Guru dapat mengajak siswa untuk menempatkan dan menyimpan kumpulan hasil kerjanya. Karya setiap siswa dapat ditampung dalam sebuah map, dan semua map diwadahi.
  4. Menyusun rubrik. Supaya guru dapat menilai dengan adil karya siswa guru perlu membuat rubrik yang memuat kriteria karya yang diharapkan.
  5. Menyusun jadwal. Perlu dilakukan penjadwalan misalnya berapa kali seminar dilakukan dan kapan. Demikian pula dengan penyelenggaraan pameran/display.
  6. Melibatkan orangtua siswa. Pada waktu yang tepat perlu dijelaskan kepada orangtua apa itu portofolio dan manfaatnya. Jika memungkinkan orangtua dapat diajak untuk me-review hasil portofolio anaknya dengan harapan orangtua terlibat lebih aktif dalam proses belajar anaknya.
Dalam melaksanakan penilaian portofolio perlu diperhatikan beberapa hal penting, antara lain: (a) siswa merasa memiliki portofolio sendiri; (b) menentukan secara bersama hasil kerja yang akan dikumpulkan; (c) mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa dalam satu tempat (map atau folder); (d) memberi tanggal pembuatan; (e) menentukan kriteria untuk menilai hasil kerja siswa; (f) meminta siswa untuk menilai hasil kerja mereka secara berkesinambungan; (g) memberikan kesempatan bagi siswa yang kurang untuk memperbaiki hasil karyanya dan menentukan waktu penyelesaiannya; dan (h) bilamana dirasa perlu dapat dijadwalkan pertemuan dengan orangtua. (Muslich, 2007: 89)

Sebelum melakukan penilaian portofolio, maka masing-masing karangan telah dinilai dengan penilaian produk pada aspek keruntutan isi, penggunaan huruf sambung dan kerapian. Misalkan siswa A mendapat skor 30, 20, 20 pada aspek keruntutan isi, penggunaan huruf sambung dan kerapian untuk karangan pertama, 35, 25, 25 pada aspek keruntutan isi, penggunaan huruf sambung dan kerapian untuk karangan kedua, dan 40, 25, 25 pada aspek keruntutan isi, penggunaan huruf sambung dan kerapian untuk karangan ketiga dan terdeteksi bahwa usaha yang dilakukan berdasarkan masukan guru sangat bagus, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada keruntutan isi dengan skor 20 (tertinggi), peningkatan penggunaan huruf sambung dengan skor 25, peningkatan kerapian sehingga bisa dibaca orang lain dengan skor 20 dan peningkatan usaha dengan skor 25. Dengan demikian, skor total siswa A adalah 90.

3. Penilaian Kinerja
a. Pengertian
Menurut Masnur Muslich (2007:80) penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian ini biasanya digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato. Pembacaan puisi diskusi, pemecahan masalah, partisispasi siswa dalam diskusi, menari, memainkan alat musik, aktivitas olahraga, menggunakan peralatan labolatorium, dan mengoperasi suatu alat. Penilaian kinerja dapat didefinisikan sebagai bentuk penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan, dan kelakuan kerjanya kedalam berbagai tugas yang bermakna dan melibatkan siswa sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Karakteristik dari tes kinerja ada dua : (1) peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu perbuatan seperti melakukan eksperimen, praktik, dan sebagainya. (2) produk dari tes kinerja lebih penting daripada perbuatan atau kinerjanya.
Tes kinerja dapat dimanfaatkan misalnya untuk mengukur kemampuan anak membaca, kegiatan fisik atau olahraga, praktikum. Idealnya guru harus dapat mengamati keseluruhan kinerja siswa, namun jika jumlah siswa terlalu banyak perlu dicarikan alternatif dengan membuat tabel-tabel pengamatan yang praktis.
b. Langkah-langkah Penilaian Kinerja
Langkah-langkah penilaian kinerja, sebagai berikut: (a) mengidentifikasikan semua aspek yang penting; (b) mengusahakan kemampuan yang akan dinilai dapat teramati dan tidak terlalu banyak; (c) mengurutkan kemampuan yang akan dinilai berdasarkan urutan yang akan diamati; dan (d) bilamana menggunakan rating scale perlu menyediakan kriteria untuk setiap pilihan. Dalam penilaian kinerja (performance) dapat menggunakan dua kemungkinan instrument, yaitu daftar cek dan skala rentang (Muslich, 2007: 81)
Persiapan tes kinerja dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu (1) melakukan identifikasi tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan penilaian kinerja. (2) memilih kegiatan yang cocok untuk menilai siswa. (3) menentukan kriteria kualitas kinerja siswa. (4) menyusun rubrik kinerja.
4. Penilaian Sikap
a. Pengertian
Penilaian afektif adalah penilaian terhadap aspek-aspek non intelektual seperti sikap, minat, dan motivasi. Penilaian afektif berpengaruh terhadap perilaku siswa di masa depan. Alasan mengapa kita perlu memprovokasikan pentingnya sikap positif siswa terhadap belajar karena siswa yang memiliki sikap positif terhadap belajar akan menjadi pembelajar dimasa depan. Banyak studi juga menunjukkan bahwa sikap dan minat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Penilaian sikap sebagai penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau masalah. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain (a) observasi perilaku, misalnya tentang kerja sama, inisiatif, perhatian; (b) pertanyaan langsung, misalnya tanggapan terhadap tata tertib sekolah yang baru; dan (c) laporan pribadi. (Muslich, 2007:89)
b. Langkah-langkah Penilaian Sikap
Beberapa hal yang dapat menjadi fokus penilaian afektif salah satunya sikap, antara lain : (a) sikap terhadap mata pelajaran. Siswa seharusnya memilih sikap yang lebih baik pada satu mata pelajaran (misalnya matematika) pada akhir semester daripada ketika mata pelajaran tersebut diberikan pertama kali. Setidaknya siswa tidak memiliki sikap negatif terhadap mata pelajaran setelah pembelajaran berlangsung; (b) sikap positif terhadap belajar. Siswa diharapkan memiliki sikap positif terhadap belajar. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap belajar cenderung menjadi pembelajar pada masa depan; (c) sikap positif terhadap diri sendiri. Meskipun harga diri siswa dipengaruhi oleh keluarga dan kejadian diluar sekolah, hal-hal yang terjadi dikelas diharapkan dapat meningkatkan harga diri siswa ; dan (d) sikap positif terhadap perbedaan. Siswa perlu mengembangkan sikap yang lebih toleran dan menerima perbedaan seperti etnik, gender, kebangsaan, dan keagamaan. Selain itu, penilaian afektif juga dapat melihat fokus nilai semcam kejujuran, integrasi, keadilan, dan nilai kebebasan.
Banyak teknik dikembangkan untuk menilai afektif, namun yang sering digunakan adalah dengan memanfaatkan skala likert. Langkah-langkah dalam menyusun skala likert antara lain:
  1. Memilih variabel afektif yang akan diukur
  2. Membuat beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang dimaksudkan
  3. Mengklasifikasikan pernyataan positif maupun negatif
  4. Menentukan frasa atau angka yang dapat menjadi alternatif pilihan. Misalnya SS=sangat setuju, S=setuju, T= tidak setuju, ST= sangat tidak setuju
  5. Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah alat penilaian
  6. Melakukan uji coba
  7. Mengidentifikasi dan membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik
  8. Melaksanakan penilaian afektif
Dalam penilaian afektif guru tentunya mengharapkan agar siswa merespon skala likert secara sungguh-sungguh. Agar tidak terjadi kendala dalam menentukan respon sesuai dengan kondisi sebenarnya, siswa tidak perlu mencantumkan namanya dalam lembar penilaian afektif.


5. Penilaian Produk
a. Pengertian
Penilaian hasil kerja atau produk merupakan penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan memanfaatkan bahan untuk menghasilkan sesuatu yang mereka produksi. Contoh: kerja artistik (menggambar, melukis, kerajinan), makanan, pakaian, produk yang terbuat dari kayu, metal, plastik, dan keramik (Muslich,2007:85)
Penilaian produk menilai siswa dalam: (1) bereksplorasi dan mengembangkan gagasan dalam mendesain; (b) memilih bahan-bahan yang tepat; (c) menggunakan alat; (d) menunjukkan inovasi dan kreasi ; dan (e) memilih bentuk dan gaya dalam karya seni.
b. Langkah-langkah Penilaian Produk
Dalam melaksanakan penilaian produk perlu diperhatikan fase-fase dalam menghasilkan produk, antara lain pertama, persiapan, siswa dapat dinilai dalam kemampuannya dalam membuat perencanaan , bereksplorasi, mengembangkan gagasan, dan membuat desain produk. Kedua, produksi, siswa dapat dinilai dalam kemampuannya dalam memilih dan menggunakan bahan , alat, dan teknik, dan teknik. Ketiga, refleksi, siswa dapat dinilai dalam hal estetika, kesempurnaan produk, fungsional, dan keorisinalan.
Penilaian produk didesain dengan langkah-langkah berikut: pertama, membuat perencanaan dengan berangkat dari pertanyaan tentang: apakah anda dapat menilai tahap persiapan, produksi, dan refleksi. Kedua, membuat pencatatan yaitu metode yang digunakan, orang yang akan menilai, kriteria penilaian, dan tingkat keajekannya. Ketiga, pelaporan, yaitu: menentukan tingkat kemampuan anak dengan suatu perspektif.




Komentar